Analisis dan
Pembahasan
“Pembuatan Garam Cis
dan Trans – Kaliumdioksalatodiakuokromat (III)”
1. Pembuatan Isomer Trans-Kaliumdioksalato
diakuokromat (III)
Percobaan Pembuatan Isomer trans-kalium dioksalato
diakuokromat (III) bertujuan untuk memelajari pembuatan garam isomer
trans-kalium dioksalato diakuokromat (III) dan memelajari sifat garam kompleks
trans-kaliumdioksalato diakuokromat (III).
Percobaan diawali dengan mencampurkan 3 gram asam
oksalat dihidrat ( serbuk putih) dengan aquadest mendidih sedikit mungkin (satu
tetes) dalam gelas kimia. Menambahkan 1 g kalium dikromat (serbuk oranye) yang
ditambah dengan setetes air panas. Air yang ditambahkan pada setiap reaktan
harus sedikit, karena air yang berlebih kemungkinan dapat memengaruhi
konfigurasinya menjadi cis. Air yang digunakan berupa air panas agar reaksinya
berlangsung lebih cepat, sesuai teori laju reaksi bahwa temperatur berpengaruh
terhadap besarnya laju reaksi pembentukan produk. Selanjutnya, campuran dalam
gelas kimia segera ditutup dengan kaca arloji dan dikocok. Proses pengocokan
tidak boleh berhenti karena reaksi pembentukan isomer sangat cepat, sehingga
jika proses pengocokan berhenti meski sebentar dimungkinkan kristal tidak akan
terbentuk.
Garam terbentuk ditandai dengan perubahan warna
campuran dari semula serbuk putih dan oranye menjadi pasta kehitaman dan timbul
uap air. Reaksi pembentukan garam trans-kaliumdioksalato diakuokromat (III)
bersifat eksotermik, sehingga wadah gelas kimia menjadi panas pada saat
kompleks terbentuk. pembentukan garam kompleks mengikuti reaksi:
7
H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 --->2K[Cr(C2O402(H2O)] + 6CO2 + 7H2O
(trans)
Dengan struktur kristal:
Gambar struktur trans-kaliumdioksalato
diakuokromat (III)
Menguapkan pasta kristal diatas penangas air hingga
volumenya 1/2 volume awal. menguapkan pasta kristal pada temperatur ruang
hingga volumenya 1/3 volume awal. menyaring kristal yang terbentuk, kemudian
menyuci sisa dalam gelas kimia dengan menggunakan 1 mL aquadest dingin dan 2 mL
etanol. Residu yang diperoleh berbentuk pasta hitam. Mengoven residu dengan
temperatur 60oC selama 2 hari. Namun pada percobaan kali ini,
pengovenan dilakukan selama 3 hari, yakni dari Jumat hingga minggu dengan
temperatur 40oC.
Menyimpan residu kristal yang telah dioven ke dalam
eksikator, dan menimbang beratnya hingga diperoleh massa konstan. Pada
percobaan ini, diperoleh berat konstan dari kristal adalah 1,645 gram.
Sedangkan berat kristal secara teori dapat ditentukan melalui cara berikut:
Diketahui:
m
asam oksalat dihidrat = 3 gram
Mr
asam oksalat dihirat = 126 g/mol
M
K2Cr2O7 =
1 gram
Mr
K2Cr2O7 =
294 g/mol
Ditanyakan
:
Massa
kristal trans yang terbentuk secara teori =....?
Jawab:
mol
asam oksalat dihidrat = massa asam oksalat dihidrat/massa molekul relatif
=
(3/126) mol
=
0,0238 mol
mol
K2Cr2O7 =
massa K2Cr2O7 /massa molekul relatif
= (1/296) mol
=
0,0034 mol
(mol) 7
H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 -->2K[Cr(C2O402(H2O)] +
6CO2 + 7H2O
awal 0,0238 0,0034 - - -
|
reaksi (-) 0,0238
(-)0,0034
(+)0,0068
(+)0,0204 (+)0,0238
akhir -
-
0,0068
0,0204 0,0238
mol
trans teori x Mr = 0,068 mol x 303 g/mol
= 2,0604 gram
Adapun
% isomer trans yang terbentuk adalah :
%
isomer = (massa konstan / massa teori) x 100%
= (1,645 / 2,0604) x 100%
= 79.838%
Melakukan pengujian UV-Visible untuk mengetahui panjang
gelombang maksimum kristal dan melakukan uji titik leleh terhadap kristal yang
terbentuk.
Tabel. Panjang gelombang
warna komplementer beserta warna tampak
Warna
|
Warna
komplementer
|
Panjang Gelombang (nm)
|
Violet
|
Kuning-Hijau
|
400 - 435
|
Biru
|
Kuning
|
435 - 480
|
Hijau-Biru
|
Oranye
|
480 - 490
|
Biru-Hijau
|
Merah
|
490 - 500
|
Hijau
|
Ungu
|
500 - 560
|
Kuning-Hijau
|
Violet
|
560 - 580
|
Kuning
|
Biru
|
580 - 595
|
Oranye
|
Hijau-Biru
|
595 - 610
|
Merah
|
Biru-Hijau
|
610 - 750
|
(sumber : Underwood,2002
: halaman 384)
Pengujian UV-Visible dilakukan dengan menguji larutan
encer isomer trans dengan spektofotometri. Kristal trans yang dilarutkan dalam
air memiliki warna keunguan, sehingga dapat disimpulkan bahwa spektranya akan
memiliki panjang gelombang maksimum pada rentang pangjang gelombang visible
yakni 380 nm-750 nm. Pada pengujian UV-Vis diperoleh absorbansi maksimum
sebesar 0,602 pada panjang gelombang maksimum 416 nm. 416 nm merupakan panjang
gelombang yang sesuai dalam rentang warna ungu (Underwood,2002). Panjang gelombang ini masih masuk dalam rentang
visible, dan juga absorbansi tersebut masih termasuk dalam rentang toleransi
kesalahan minimum. Absorbansi pada spektra UV-Vis memiliki rentang dimana
kesalahan pengukuran oleh alat minimum, yakni antara 0 hingga 1. Namun, panjang
gelombang maksimum kompleks trans-kaliumdioksalato diakuokromat (III) secara
teori belum diketahui sehingga tidak bisa dibandingkan seberapa besar
penyimpangannya.
Sedangkan pada pengujian titik leleh kristal yang
terbentuk bertujuan untuk mengetahui titik leleh kristal trans yang terbentuk
dan mengethui kemurniannya. Kristal murni akan memiliki rentang leleh ± 1oC
dari titik leleh kristal secara teori. Pada pengujian kali ini diperoleh titik leleh
trans memiliki rentang 156oC – 158oC. Rentang tersebut
diukur saat kristal mulai meleleh hingga meleleh seluruhnya. Seharusnya rentang
yang hanya terpaut 1oC adalah baik, namun skala pada termometer
berjarak 2oC tiap barisnya sehingga rentang tersebut besarnya 2oC.
Namun titik leleh kristal trans secara teori tidak diketahui sehingga tidak
dapat dibandingkan apakah titik leleh tersebut adalah sama dengan titik leleh
trans-kaliumdioksalato diakuokromat (III) murni.
2. Pembuatan Isomer Cis-Kaliumdioksalato
diakuokromat (III)
Percobaan Pembuatan Isomer cis-kalium dioksalato
diakuokromat (III) bertujuan untuk memelajari pembuatan garam isomer cis-kalium
dioksalato diakuokromat (III) dan memelajari sifat garam kompleks cis-kaliumdioksalato
diakuokromat (III).
Percobaan diawali dengan mencampurkan 3 gram asam
oksalat dihidrat ( serbuk putih) dan 1 g kalium dikromat (serbuk oranye) kedalam
gelas kimia. Menambahkan tetes demi tetes akuadest. Selanjutnya, campuran dalam
gelas kimia segera ditutup dengan kaca arloji dan dikocok. Proses pengocokan
tidak boleh berhenti karena reaksi pembentukan isomer sangat cepat, sehingga
jika proses pengocokan berhenti meski sebentar dimungkinkan kristal tidak akan
terbentuk.
Garam terbentuk ditandai dengan perubahan warna
campuran dari semula serbuk putih dan oranye menjadi pasta kehitaman dan timbul
uap air. Reaksi pembentukan garam ciss-kaliumdioksalato diakuokromat (III)
bersifat eksotermik, sehingga wadah gelas kimia menjadi panas pada saat
kompleks terbentuk. pembentukan garam kompleks mengikuti reaksi:
7
H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 -->2K[Cr(C2O402(H2O)] + 6CO2 + 7H2O
(cis)
Dengan struktur
kristal:
Gambar struktur cis-kaliumdioksalato
diakuokromat (III)
Pasta
yang terbentuk ditambah dengan 5 mL etanol dan diaduk hingga timbul endapan
(tetap berbentuk pasta) hitam. Campuran kemudian didekantasi dan ditambah
etanol lagi untuk melarutkan komponen pengotor. Selanjutnya pasta (kristal cis)
disaring dan residu penyaringan merupakan kristal cis yang terbentuk. Residu
yang diperoleh berbentuk pasta hitam. Mengoven residu dengan temperatur 60oC
selama 2 hari. Namun pada percobaan kali ini, pengovenan dilakukan selama 3
hari, yakni dari Jumat hingga minggu dengan temperatur 40oC.
Menyimpan residu kristal yang telah dioven ke dalam
eksikator, dan menimbang beratnya hingga diperoleh massa konstan. Pada
percobaan ini, diperoleh berat konstan dari kristal adalah 2,215 gram.
Sedangkan berat kristal secara teori dapat ditentukan melalui cara berikut:
Diketahui:
m
asam oksalat dihidrat = 3 gram
Mr
asam oksalat dihirat = 126 g/mol
M
K2Cr2O7 =
1 gram
Mr
K2Cr2O7 =
294 g/mol
Ditanyakan
:
Massa
kristal trans yang terbentuk secara teori =....?
Jawab:
mol
asam oksalat dihidrat = massa asam oksalat dihidrat/massa molekul relatif
=
(3/126) mol
=
0,0238 mol
mol
K2Cr2O7 =
massa K2Cr2O7 /massa molekul relatif
= (1/296) mol
=
0,0034 mol
(mol) 7
H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 -->2K[Cr(C2O402(H2O)] +
6CO2 + 7H2O
awal 0,0238 0,0034 - - -
|
reaksi (-) 0,0238
(-)0,0034
(+)0,0068
(+)0,0204 (+)0,0238
akhir -
-
0,0068
0,0204 0,0238
mol
trans teori x Mr = 0,068 mol x 303 g/mol
= 2,0604 gram
Adapun
% isomer trans yang terbentuk adalah :
%
isomer = (massa konstan / massa teori) x 100%
= (2,215 / 2,0604) x 100%
= 107,5 %
Hasil
tersebut menunjukkan bahwa kristal yang terbentuk jauh lebih banyak dari yang
seharusnya, hal ini dimungkinkan jika massa reaktan pembentuknya lebih besar
dari yang seharusnya. Ketelitian membaca skala timbangan sangat berpengaruh.
Kemungkinan jumlah asam oksalat dihidrat atau kalium dikromatnya lebih banyak
dari yang seharusnya (meski perbedaannya dalam skala desimal tetap
berpengaruh). Sehingga diperoleh kristal yang lebih banyak, atau prosentasenya
diatas 100%.
Melakukan pengujian UV-Visible untuk mengetahui panjang
gelombang maksimum kristal dan melakukan uji titik leleh terhadap kristal yang
terbentuk.
Pengujian UV-Visible dilakukan dengan menguji larutan
encer isomer cis dengan spektofotometri. Kristal cis yang dilarutkan dalam air
memiliki warna kecoklatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa spektranya akan
memiliki panjang gelombang maksimum pada rentang panjang gelombang visible
yakni 380 nm-750 nm. Pada pengujian UV-Vis diperoleh 2 puncak dengan absorbansi
maksimum masing-masing sebesar 2,137 pada panjang gelombang 351,5 nm dan 0,224
pada panjang gelombang 564 nm. Absorbansi pada spektra UV-Vis memiliki rentang
dimana kesalahan pengukuran oleh alat minimum, yakni antara 0 hingga 1. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang maksimum dari kristal cis adalah 564
nm dengan absorbansi 0,224. Warna kecoklatan tergolong dalam warna
kuning-hijau, serta panjang gelombang maksimum tersebut masuk dalam rentang
warna kuning-hijau (Underwood, 2002).
Panjang gelombang ini masih masuk dalam rentang visible, dan juga absorbansi
tersebut masih termasuk dalam rentang toleransi kesalahan minimum. Namun,
panjang gelombang maksimum kompleks cis-kaliumdioksalato diakuokromat (III) secara
teori belum diketahui sehingga tidak bisa dibandingkan seberapa besar
penyimpangannya.
Sedangkan pada pengujian titik leleh kristal yang
terbentuk bertujuan untuk mengetahui titik leleh kristal cis yang terbentuk dan
mengethui kemurniannya. Kristal murni akan memiliki rentang leleh ± 1oC
dari titik leleh kristal secara teori. Namun pada percobaan kali ini, kristal
cis tidak meleleh meski dipanaskan hingga temperatur 300oC. meskipun
struktur antara cis dan trans berbeda, namun perbedaan titik lelehnya tidak
mungkin terpaut hingga >120oC mengingat Mr kedua kompleks adalah
sama. Hal ini disebabkan oleh rusaknya kristal karena pengujian titik leleh
dilakukan setelah > 2 minggu pembentukan kristal. Akibatnya titik leleh
kristal tidak dapat diukur.
3.
Pengujian
Kemurnian Isomer
Percobaan ketiga ini bertujuan untuk menguji kemurnian
isomer cis- dan trans- kaliumdioksalato diakuokromat (III) setelah terbentuk
dan mencapai berat konstan. Pengujian kemurnian kristal dilakukan dengan cara
meletakkan kristal pada kertas saring kemudian menambahkan larutan ammonium
encer. Pada kristal trans, terbentuk padatan coklat muda yang tidak larut saat
ditambahkan ammonium encer. Sedangkan pada kristal cis, padatan larut membentuk warna hijau tua dan menyebar
cepat pada kertas saring. Hal ini dapat dijelaskan oleh pengaruh kekuatan efek
trans dari beberapa ligan yang terkait semisal pada urutan:
H2O < OH < NH3 < Cl <
Br < I = NO2 = PR3 << CO = C2H4
= CN
Pada
kristal trans :
NH3
tidak dapat menstubtitusi ligan oksalat karena kekuatan ligan NH3
dibawah ligan oksalat berdasarkan kekuatan efek trans. Sehingga larutan
ammonium encer tak dapat melarutkan kristal trans yang terbentuk. Namun efek
transnya diatas H2O, sehingga terjadi perubahan ligan H2O
yang mengakibatkan perubahan warna kristal menjadi coklat.
Pada
kristal cis :
efek
tersebut mengalami kebalikan. NH3 memiliki kekuatan efek cis yang
lebih besar dari asam oksalat, sehingga mampu mensubstitusi ligan oksalat dari
kompleks. Akibatnya kompleks menjadi larut dan pergantian ligan menyebabkan perubahan
warna menjadi hijau tua.
Kesimpulan:
- Pembuatan garam trans-kaliumdioksalatodiakuokrom (III) dan cis-kaliumdioksalatodiakuokrom (III) memiliki perbedaan pada saat penambahan aquadest. Pada pembuatan kompleks trans-kaliumdioksalato diakuokrom (III) penambahan aquadest(panas) dilakukan pada setiap reaktan sebelum dicampur, sedangkan pada pembuatan kompleks cis-kaliumdioksalato diakuokrom (III) penambahan aquadest dilakukan setelah kedua reaktan dicampur.
- Pembuatan garam kompleks cis- dan trans- kaliumdioksalato diakuokrom (III) merupakan contoh reaksi eksotermik dan reaksinya berlangsung sangat cepat.
- Pengujian kemurnian kristal dapat dilakukan dengan menambahkan larutan ammonium encer pada kristal diatas kertas saring. Jika kristal larut dan menyebar cepat pada kertas saring dan membentuk warna hijau, maka kristal tersebut adalah cis-kaliumdioksalato diakuokrom (III). Sedangkan jika kristal tidak larut, tetapi malah mengendap coklat muda, maka kristal tersebut adalah trans- kaliumdioksalato diakuokrom (III). Hal ini sesuai dengan kekuatan efek trans pada medan-medan ligan terkait.
- Panjang gelombang maksimum kompleks trans- kaliumdioksalato diakuokrom (III) adalah 416 nm dengan absorbansi 0,602, sedangkan panjang gelombang maksimum cis- kaliumdioksalato diakuokrom (III) adalah 564 nm dengan absorbansi 0,224.
- Titik leleh kompleks trans- kaliumdioksalato diakuokrom (III) adalah pada rentang 156oC - 158oC, sedangkan titik leleh cis- kaliumdioksalato diakuokrom (III) tidak dapat ditentukan karena kristal yang terbentuk diperkirakan telah rusak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar